http://servistabukit.blogspot.co.id/2012/03/keputusan-bersama.html
KEPUTUSAN BERSAMA
Pendahuluan Tahukah kamu bahwa segala tindakan yang kamu ambil dalam kehidupan sehari – hari merupakan suatu keputusan. Misalnya bangun tidur, setelah bangun tidur apa lagi kegiatan selanjutnya apakah makan dahulu atau makan sesudah mandi. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu contoh keputusan pribadi sesorang. Bagaimana dengan keputusan bersama? Yang katanya berdasarkan suara bersama anggota suatu kelompok? Dana bagaiman caranya memperoleh keputusan bersama? Serta bentuk – bentuk keputusan bersama itu? Dalam kehidupan sehari – hari pastilah akan muncul masalah. Masalah dapat muncul di lingkungan manapun, baik di keluarga, sekolah, masayarakat maupun Negara. Sudah menjadi ciri khas bangsa Indonesia bahwa untuk menyelesaikan masalah di lakukan dengan musyawarah. Musaywarah merupakan salah satu asas dasar Negara Indonesia yang membedakannya dari negara – negara lain. Musyawarah tercantum dalam sila keempat dari Pancasila. Dengan musyawarah akan diperoleh keputusan bersama. Keputusan bersama disetujui dan dilaksanakan secara bersama – sama. Selanjutnya perlu diketahuai apa akibat sikap tidak menjalankan keputusan bersama itu, apakah ada sanksi atau tidak. Berikut uraiannya! Keputusan Bersama Pengertian keputusan Keputusan adalah apa yang diputuskan atau ketetapan yang diambil secara bersama-sama. Jadi, keputusan adalah segala putusan yang sudah ditetapkan berdasarkan pertimbangan, pemikiran, dan penelitian yang matang. Keputusan merupakan pedoman dalam menentukan langkah-langkah berikutnya.
Keputusan dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1. Keputusan Pribadi (Individu) Keputusan pribadi (individu) yaitu keputusan yang sifatnya pribadi dan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Contohnya ketika kalian diajak bermain oleh temanmu pada saat mengerjakan PR (pekerjaan rumah). Kalian tentu akan berpikir untuk memutuskan pergi bermain atau menyelesaikan PR-mu terlebih dahulu. Keputusan yang kalian tetapkan tersebut akan menjadi tanggung jawabmu sendiri. Oleh karena itu, berani mengambil keputusan maka berarti harus berani menanggung akibatnya. 2. Keputusan Bersama Keputusan bersama adalah keputusan yang diambil atas dasar persetujuan atau kesepakatan bersama. Keputusan bersama bersifat mengikat dan tidak dapat diganggu gugat. Hasil keputusan bersama biasanya diambil berdasar hasil musyawarah mufakat yang telah dipertimbangkan dengan baik dan benar. Keputusan bersama merupakan ketentuan, ketetapan, dan penyelesaian yang dilakukan sekelompok orang terhadap suatu hal atau permasalahan. Semua pihak diharapkan dapat menerima keputusan bersama dengan ikhlas, bertanggung jawab, dan lapang dada. Pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama berbeda dengan pengambilan keputusan untuk kepentingan perorangan, karena pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama dilakukan dengan melibatkan banyak orang, baik secara langsung, maupun tidak langsung. Keputusan merupakan pilihan yang diambil seseorang atau kelompok untuk dilaksanakan. Keputusan bersama yang diambil harus bijaksana, bisa bermanfaat untuk semua dan tidak memihak pada kelompok tertentu. Artinya kepentingan umum harus lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi. Setiap hari anak-anak mengambil suatu keputusan.Ketika bangun tidur, ketika akan membeli makanan, ketika akan belajar, ketika melakukan segala kegiatan, anak-anak selalu mengambil keputusan. Ketika bangun tidur , anak-anak sudah mengambil keputusan. Keputusan itu tentunya berkaitan dengan situasi yang ada. Ketika bangun pagi dalam keadaan masih pagi, tentunya akan berbeda dengan ketika bangun kesiangan. Ketika bangun tidur dalam keadaan masih pagi, biasanya ada dua keputusan, tidur kembali atau segera bangun? Ketika segera bangun masih ada pilihan lain, langsung mandi atau membersihkan kamar tidur dahulu? Sebelum mengambil suatu keputusan, biasanya ada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Misalnya : Mengapa harus membeli bakso? Mengapa harus membeli soto? Atau mengapa hanya membeli kue saja? Semua itu merupakan hak individu, dan setiap orang mempunyai keputusan yang berbeda-beda. Selain keputusan yang sifatnya perorangan, ada pula keputusan yang sifatnya bersama. Keputusan bersama ini dilakukan atas kesepakatan bersama. Misalnya , ketika sekolahmu akan melaksanakan perkemahan, ketika akan rekreasi, ketika akan melakukan kunjungan belajar, semua diputuskan bersama. Keputusan bersama lebih rumit dibandingkan dengan keputusan pribadi. Keputusan bersama melibatkan banyak orang. Bahkan tidak jarang terjadi perbedaan pendapat. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar keputusan bersama itu membuahkan hasil tanpa meninggalkan masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut: 1. Saling memahami dan mengharagai pendapat orang lain 2. Saling memahami apa yang sedang dimusyawarahkan untuk diambil keputusan. 3. Kepentingan umum lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi. 4. Menerima masukan dalam bentuk kritik, usul, maupun saran. 5. Tidak memaksakan kehendak dalam mengambil keputusan. 6. Menerima bahwa keputusan yang sudah diambil adalah keputusan yang terbaik. 7. Keputusan yang sudah diambil dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Keputusan bersama terbagi dalam dua bentuk yaitu bentuk tertulis dan tidak tertulis (lisan). Mari kita bahas bentuk keputusan bersama tersebut secara rinci, yaitu: 1. Keputusan Secara Tertulis Keputusan secara tertulis adalah keputusan yang diambil secara bersama-sama didasarkan atas kesepakatan bersama. Keputusan tertulis biasanya dituangkan dalam bentuk dokumen tertulis. Contoh keputusan bersama secara tertulis di antaranya: a. Undang-Undang Dasar 1945 b. Undang-undang c. Peraturan pemerintah d. Peraturan daerah, dan sebagainya. Keputusan secara tertulis merupakan kesepakatan dari orang-orang yang embuatnya. Keputusan secara tertulis mempunyai kekuatan hukum yang kuat. Oleh karena itu, siapapun yang tidak melaksanakan peraturan tertulis tersebut akan dikenai sanksi atau hukuman. Keputusan tertulis disahkan dengan tanda tangan para pembuat keputusan. Tahukah kamu siapa yang membuat keputusan secara tertulis di negara kita? Keputusan secara tertulis di negara kita dibuat oleh lembaga legislatif yaitu MPR, DPR, dan DPD 2. Keputusan Lisan Keputusan lisan merupakan keputusan yang diucapkan dengan lisan kita. Keputusan lisan berwujud kata-kata dan biasanya tidak dituangkan secara tertulis dalam bentuk dokumen. Keputusan lisan tidak mempunyai kekuatan hukum seperti halnya keputusan tertulis. Sanksi yang diberikan dalam pelanggaran keputusan lisan pun hanya bersifat ringan saja. Tahukah kamu contoh keputusan lisan?
Contoh keputusan
lisan di antaranya:
a. Keputusan bapak kepala desa dalam hal pembagian pengairan sawah b. Keputusan bapak RT tentang jadwal ronda malam. c. Keputusan bapak RW tentang jadwal ronda malam. Cara Pengambilan Keputusan Bersama Dalam mengambil keputusan bersama, ada banyak hal yang harus dilakukan. Terkadang apa yang akan diputuskan tidak diterima oleh anggota yang lain. Dengan demikian harus diambil suara terbanyak. Kadang-kadang dalam pengambilan keputusan tidak terlalu banyak masalah. Masing-masing menerima dengan baik, sehingga tidak perlu diambil dengan suara terbanyak.
1. Musyawarah Mufakat
Dalam mengambil suatu keputusan bersama, sering kali dilakukan secara musyawarah. Musyawarah merupakan salah satu bentuk penyelesaian masalah. Dalam musyawarah kadang dijumpai anggota musyawarah yang setuju dan ada juga yang tidak setuju. Dalam musyawarah diharapkan terjadi kesepakatan. Untuk itu, dalam sebuah musyawarah, seorang pemimpin rapat harus pandai-pandai mempengaruhi peserta musyawarah supaya kesepakatan itu bisa disetujui. Keputusan ini dilakukan melalui musyawarah mufakat, artinya musyawarah yang bisa disepakati oleh seluruh peserta musyawarah. Musyawarah mufakat adalah berunding untuk menghasilkan keputusan yang disetujui bersama. Perbedaan pendapat dalam musyawarah adalah hal yang lumrah. Oleh karena itu perlu dikembangkan sikap menghormati pendapat atau keputusan orang lain. Ciri-ciri musyawarah untuk mufakat antara lain: a. Sesuai dengan kepentingan bersama. b. Pembicaraan harus dapat diterima dengan akal sehat sesuai hati nurani. c. Usul atau pendapat yang disampaikan mudah dipahami dan tidak memberatkan. d. Dalam proses musyawarah pertimbangan moral lebih diutamakan dan bersumber dari hati nurani yang luhur dan sebagainya. Dalam musyawarah kita harus menunjukkan sikap-sikap sebagai berikut: a. Menghargai pendapat orang lain. b. Mampu mengendalikan diri saat mengikuti musyawarah. c. Bertenggang rasa terhadap teman yang mengajukan pendapat. d. Bijaksana terhadap pendapat teman yang berbeda. e. Mematuhi semua aturan yang berlaku dalam musyawarah. f. Bertanggung jawab dengan cara melaksanakan keputusan hasil musyawarah. Prinsip- prinsip dan aturan musyawarah, antara lain: a. Musyawarah dilandasi dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur. b. Musyawarah dilandasi semangat kekeluargaan dan gotong-royong. c. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. d. Menghargai pendapat orang lain dan tidak melaksanakan kehendak dalam musyawarah. e. Keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat, serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. f. Melaksanakan keputusan bersama dengan dilandasi itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Musywarah di lingkungan keluarga, misalnya: 1) Menentukan tempat rekreasi keluarga. 2) Pemberian tugas yang harus dikerjakan tiap anggota keluarga. 3) Menentukan aturan-aturan dalam keluarga, dan sebagainya. Musyawarah di lingkungan sekolah, misalnya: 1) Memilih pengurus OSIS. 2) Menentukan program kegiatan OSIS. 3) Pemilihan ketua kelas. 4) Menentukan tempat tujuan wisata, dan sebagainya. Musyawarah di lingkungan masyarakat, misalnya: 1) Pelaksanaan acara 17 Agustus-an. 2) Membangun jalan. 3) Pembagian jadwal ronda/ siskamling. 5) Memilih pengurus /LPMD, dan sebagainya. Musyawarah di lingkngan kenegaraan, misalnya: 1) Rapat-rapat DPR/komisi. 2) Membuat suatu undang-undang, dan sebagainya Pelaksanaan musyawarah untuk mufakat dapat terhambat atau sulit untuk dilakukan apabila: a. Peserta musyawarah hanya mementingkan diri sendiri/golongannya. b. Peserta musyawarah tidak menggunakan akal sehat dan hati nurani yang luhur. c. Peserta musyawarah berlaku tidak sopan dan bertutur kata tidak baik. d. Peserta musyawarah memaksakan kehendaknya. e. Peserta musyawarah tidak mau menghargai pendapat orang lain. Musyawarah untuk mufakat harus dilandasi dengan semangat kekeluargaan. Musyawarah untuk mufakat merupakan pengamalan Pancasila, yaitu sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.” Dengan musyawarah suatu persoalan akan mudah terpecahkan, sehingga dicapai suatu keputusan atau kata sepakat. Manfaat yang diperoleh jika menyelesaikan masalah secara musyawarah yaitu: a. Masalah dapat cepat terpecahkan. b. Keputusan yang diambil memiliki nilai keadilan. c. Hasil keputusan menguntungkan semua pihak. d. Dapat menyatukan pendapat yang saling berbeda. e. Adanya kebersamaan, dan sebagainya.
2. Suara terbanyak (Voting)
Keputusan juga bisa dilakukan melalui voting, yaitu penentuan keputusan yang didasarkan pada suara terbanyak. Voting biasanya muncul apabila kesepakatan itu belum bisa diputuskan secara musyawarah mufakat. Votting juga diartikan sebagai perolehan suara terbanyak.Pengambilan suara berdasarkan votting dibagi menjadi dua macam, vaitu: a. Votting terbuka, yaitu setiap anggota rapat memberikan suara dengan mengatakan setuju, menolak, atau abstain (tidak memberikan suara). Votting secara terbuka biasanya dilaksanakan secara lisan. Caranya dengan mengangkat tangan atau berdiri. Kemudian petugas, menghitungnya secara langsung, dan saat itu juga dapat diketahui hasilnya. Votting terbuka dilakukan terhadap hal yang menyangkut masalah keputusan atau kebijakan. b. Votting tertutup, yaitu setiap anggota rapat memberikan suara dengan cara menuliskan nama atau pilihannya di kertas yang telah disediakan lalu dikumpulkan dan dihitung. Keputusan dianggap sah apabila diambil dalam rapat yang dihadiri dua pertiga tambah satu anggota kuorum dan disetujui lebih dari setengah dari jumlah yang hadir C. Melaksanakan keputusan Bersama Keputusan bersama dapat dicapai setelah masalah-masalah yang dimusyawarahkan dapat dicapai mufakat. 1. Menerima Hasil Keputusan Bersama a. Semua pihak mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi dan golongan. b. Semua pihak memahami dengan baik masalah yang dimusyawarahkan. c. Semua pihak menghormati dan menghargai perbedaan pendapat. d. Semua pihak harus menerima dan terbuka setiap kritik, usul, dan saran. e. Semua pihak harus meyadari bahwa keputusan yang dihasilkan adalah keputusan yang terbaik demi kepentingan bersama. f. Semua pihak harus mampu menahan diri agar tidak memaksakan kehendak, bila pendapatnya tidak diterima. 2. Melaksanakan Hasil Keputusan Bersama Hal-hal yang harus diperhatikan oleh semua pihak adalah: a. Hasil keputusan bersama harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. b. Hasil keputusan bersama harus dilaksanakan dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa. c. Hasil keputusan bersama harus dilaksanakan dengan memerhatikan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Masalah-masalah yang ada dalam masyarakat sangat kompleks, oleh karena itu perlu dikembangkan kesadaran dalam hal-hal seperti: a. Menciptakan suasana yang akrab penuh rasa kekeluargaan untuk secara terbuka saling mengingatkan apabila ada kelalaian dalam pelaksanaan keputusan bersama. b. Melaksanakan keputusan bersama dengan ikhlas penuh rasa tanggung jawab. c. Selalu membina kerja sama, rasa setia kawan, dan disiplin agar keputusan musyawarah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. d. Setiap warga menerima hasil musyawarah sebagai keputusan bersama yang harus dilaksanakan untuk kesejahteraan bersama. e. Membina kerja sama sehingga tercipta suasana saling membantu, untuk mewujudkan tujuan musyawarah. f. Berusaha untuk memahami, bahwa perbedaan cara pandang bukan sebagai kendala, melainkan dimanfaatkan untuk memperkaya dan mendukung pelaksanaan berbagai hal yang telah disepakati bersama. Pelaksanaan hasil keputusan bersama dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. a. Dalam lingkungan keluarga Keputusan menyangkut tugas tiap anggota keluarga. Setiap anggota keluarga dengan ikhlas melaksanakan tugas yang menjadi bagiannya, seperti tugas menyapu lantai, mencuci piring, membersihkan halaman, dan sebagainya. b. Dalam lingkungan sekolah Keputusan bersama terlihat dalam pelaksanaan tata tertib sekolah. Misalnya: Setiap siswa memakai seragam sekolah, guru mengajar dengan sungguh-sungguh, belajar dengan penuh disiplin, dan sebagainya. c. Dalam lingkungan masyarakat Keputusan menyangkut peraturan mengikat seluruh warga masyarakat. Di lingkungan masyarakat biasanya ada kepala desa, lurah, rukun warga (RW), rukun tetangga (RT), dan pemuka masyarakat. Mereka biasanya memimpin musyawarah antarwarga. Musyawarah menghasilkan keputusan bersama yang harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat. Misalnya, keputusan untuk melakukan gotong-royong membersihkan lingkungan, menjaga keamanan lingkungan dengan ronda malam bergiliran, dan berbagai tugas sosial yang lain. Pernahkah kalian melanggar keputusan bersama? Apa yang akan terjadi jika keputusan bersama tidak dilaksanakan dengan semestinya? Apabila keputusan bersama tidak dipatuhi maka tujuan dari keputusan tersebut tidak akan tercapai. Berikut ini diuraikan bentuk-bentuk sikap dan perilaku yang tidak mematuhi keputusan bersama, antara lain: a. Melanggar keputusan dengan cara tidak mau melaksanakan isi keputusan. b. Lari dari tanggung jawab yang harus dipikulnya. c. Tidak mau menghargai pendapat orang lain dan maunya menang sendiri. d. Memprovokasi orang lain untuk tidak melaksanakan hasil keputusan. e. Mensabotase hasil keputusan dengan cara yang licik dan sebagainya. Bentuk-bentuk perilaku di atas akan berakibat pada hancurnya keputusan yang telah disepakati bersama dan rusaknya persatuan dan kesatuan di antara pihak-pihak yang mengadakan keputusan. Sikap tercela di atas juga bisa memicu terjadinya konflik berkepanjangan. Oleh karena itu sewajarnyalah kita sebagai manusia wajib menghargai dan menghormati segala hasil keputusan dengan mematuhi dan melaksanakan hasil keputusan itu dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas.
3.
3. Hambatan-Hambatan dalam Mematuhi Keputusan Bersama a. Hambatan dari dalam, yaitu hambatan yang berasal dari peserta musyawarah itu sendiri, seperti: 1) Tidak tertampungnya keinginan atau pendapat peserta. 2) Peserta musyawarah merasa ingin menang sendiri. 3) Peserta musyawarah mementingkan kepentingan kelompoknya tanpa menghiraukan kepentingan bersama. 4) Peserta musyawarah bersikap tidak mau tahu dalam setiap pernbahasan masalah. 5) Peserta musyawarah yang tidak mau menerima kritik dan saran dari orang lain. b. Hambatan dari luar, yaitu hambatan yang berasal dari luar kelompok musyawarah, seperti: 1) Menghasut dan memengaruhi hasil keputusan yang telah diambil. 2) Meniru dan mencontoh hasil keputusan kelompok lain tanpa izin. 3) Memengaruhi pihak-pihak lain dalam pengambilan keputusan. 4. Akibat-Akibat Tidak Mematuhi Keputusan Bersama Telah disebutkan pada pembahasan di depan, bahwa setiap pengambilan dan pelaksanaan keputusan bersama selalu diwarnai oleh pihak yang setuju atau tidak setuju. Pihak yang tidak setuju dalam upaya mematuhi keputusan bersama menimbulkan beberapa akibat, antara lain: a. merasa bersalah, b. dikucilkan dari kelompok, c. tidak percaya orang lain, d. sanksi atau teguran dari kelompok lainnya, e. pemecatan dari keanggotaan kelompok tertentu, f. dipidana penjara atau harus mengganti kerugian, dan sebagainya. |
No comments:
Post a Comment